Kamis, 13 Maret 2008

Sandi Aditya Ambah Buana

Wahai Penegak dan Pandega …………
Sahabat yang menjadi sahabat dalam kesukaan
Saudara yang menjadi saudara dalam kesulitan
Kecintaan kita terhadap hidup, bukan ketakutan kita terhadap ajal
Bukankah semua orang akan dipanggil kembali kepada-Nya ?
Banyak orang yang mati terlambat,
dan tidak sedikit yang mati terlalu pagi
Matilah kita pada saat yang ditentukan-Nya
Jalanilah hidup dengan segala cinta dan bakti

Dan dalam hidup
Cintailah mereka yang jiwanya dalam, meskipun sedang disakiti
Cintailah mereka yang berjiwa merdeka, namun hatinya pun bebas
Cintailah mereka bagaikan tetesan embun berat, yang selalu jatuh satu demi Satu
Dari mega mendung yang selalu memayungi manusia, karena mereka itu
memaklumkan akan tibanya halilintar dan sebagai pembawa maklumat….
Mereka pun sirna

Begitulah mereka, dimanapun mereka hidup……….
Bagai tunas kelapa yang tumbuh dengan kokoh, kuat dan besar, tanpa berubah Makna dan manfaat

Dan dalam hidup…….
Karena berani adalah baik, maka beranilah dalam jalan yang baik
Dengan pusaka kujang, Lambang Ksatria
Jadilah kita ksatria yang berani dan benar
Cinta kita akan sesama dan cinta akan alam yang dicitakan-Nya

Itulah kata hati…….Anggota keluarga besar Aditya Ambah Bhuana

Tutur Sandi Satria Prasaja Mahardika

Kami pramuka penegak dan pandega
Berdiri bagai karang diterjang ombak
Tak bergeming gentar beranjak
Kaki jiwaku mencengkram bumi
Mata hatiku menghujam langit

Ayah dan ibuku adalah mentari dan rembulan
Bumi persada jadi istanaku
Memerangi raja tanpa singgasana
Kesombongan, kedengkian, benci dan dendam

Ibu pertiwi menanti satria
Api keberanian dan angin kejujuran jadi senjata
Tegar, berhati baja
Arahkan langkah menuju kesahajaan
Sekali melangkah, pantang berpaling walau setapak
Karena satria ditempa bukan direka

Wahai tunas-tunas bangsa
Banyaklah bercermin
Sebelum tenang berada di atas angin
Sadar akan penciptaan diri
Menghayati arti hidup dengan agama
Mengabdi dengan suka rela dan riang gembira
Bertengger pada pohon mufakat

Kujang di tangan pelindung kerajaan hati
Mencinta tanpa harapkan cinta
Hingga keangkuhan tercampakan

Kita akan kembali pada sang pencipta
Maka kembalilah dalam kebajikan
Jaga dan tegakan ucapan, karena lidah itu singamu
Jika kau lepaskan, pasti ia akan memakanmu
Dan kehancuran seorang insan
Terletak pada ujung lidahnya

Dengan tri satya dan dasa darma
Kami cinta dan bangun ibu pertiwi
Janji kami bukan hanya ucapan
Tapi kami buktikan dengan perbuatan

Kata hati yang tulus
Kata hati keluarga besar Satria-srikandi prasaja mahardika

KIDUNG SANDI PASUNDAN

Berdiri layaknya langit bagaimana ia ditinggikan
Dan Gunung-gunung bagaimana ia ditegakan
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan (QS. Al Ghaasyiyah 18 - 20)

Cendikia yang bersaksi hanya Allah
Tuhan yang meninggikan langit tanpa tiang (QS. Ar Ra’ad 2)
Kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi
Layarnya di lautan laksana gunung-gunung (QS. Ar Rahman 24)
Jiwa raga bertakwa nakhodanya

Srikandi ibunda pertiwi
Sekuntum teratai besi tempaan alam
Cinta bersemi di lautan gejolak jiwa
Gemuruh ombak kasih sayang
Menghempaskan benci dan dendam

Ksatria muda, lidah adalah pedang
Ksatria pujangga merawat pedangnya
Menjaga dari perkataan dan perbuatan yang tiada guna (QS. Al Mu’minun 3)
Ramah dan sopan pada tua dan muda
Ciri patriot berpancasila

Pengembara tiada penghalang melintang
Menggenggam kompas musyawarah (QS. Ali Imran 159)
Membidik hembusan topan, angin kepatuhan
Kesegala penjuru ruang lepas

Paras tiada berbagi lagi
Gilang gemilang bagaikan cahaya mentari dan bulan
Amat bijaksana budi pekerti
Buah ketabahan, di antara tangkai kerelaan
Untuk selalu tolong menolong dalam kebajikan dan takwa (QS. Al Maaidah 2)

Gemercik air gunung rajin bersenandung
Terampil menggiring mentari, pembawa damai hati
Tapi tiada lebih indah dijumpai
Selain jiwa yang ceria
Dalam kabut kegembiraan

Hemat, cermat dan bersahaja
Ciri pariot penegak cakrawala
Tiada belenggu mengikat jeram disiplin
Keberanian jadi sayapnya
Bebas melayang di angkasa keadilan

Pelangi kesetiaan mewarnai harinya
Setia pada agama, setia pada pemimpin (QS. An Nisaa 59)
Setia pada tanah air, pada orang tua
Pada sahabat, pada diri sendiri
Dan setia pada Gerakan Pramuka

Setiap kata bak senandung bidadari
Bidadari-bidadari bermata jeli
Laksana mutiara yang tersimpan baik
Mereka tak mendengar di dalamnya kata
Perkataan yang sia-sia
Dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa (QS. Al Waaqia’ah 22-25)

Insan sejati berpikir sebelum bertindak
Selalu memelihara amanat dan janji (QS. Al Mu’minuun 8)
Wujud taruna-taruna sejati
Pengemban DHARMA SATYA WACANA WIRA KARYACita-cita Ambalan R. Otto Iskandardinata - Fatmawati